Senin, 29 April 2013

SISTEM SARAF MANUSIA


SISTEM SARAF MANUSIA

Sistem saraf adalah sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel saraf atau neuron. Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas memungkinkan makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Jadi, iritabilitas adalah kemampuan menanggapi rangsangan.
Sistem saraf termasuk sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer (sistem saraf tepi). Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang dan sistem saraf perifer terdiri atas sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom. Sistem saraf mempunyai tiga fungsi utama, yaitu menerima informasi dalam bentuk rangsangan atau stimulus; memproses informasi yang diterima; serta memberi tanggapan (respon) terhadap rangsangan.
1. Struktur Saraf
Sistem saraf pada manusia terdiri dari sel saraf yang biasa disebut dengan neuron dan sel gilial. Neuron berfungsi sebagai alat untuk menghantarkan impuls (rangsangan) dari panca indra menuju otak dan kemudian hasil tanggapan dari otak akan dikirim menuju otot. Sedangkan sel gilial berfungsi sebagai pemberi nutrisi pada neuron.
1.1. Sel Saraf (Neuron)
Unit terkecil penyusun sistem saraf adalah sel saraf atau bisa juga disebut neuron. Sel saraf adalah sebuah sel yang berfungsi untuk menghantarkan impuls (rangsangan). Setiap satu sel saraf (neuron) terdiri atas tiga bagian utama yang berupa badan sel saraf, dendrit, dan akson. Berikut adalah gambar dan bagian-bagian struktur sel saraf (neuron) beserta penjelasannya:
gambar sel saraf (neuron) dan bagian-bagian sel saraf (neuron) dalam Bahasa Indonesia
  1. Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.
  2. Badan Sel adalah bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Badan sel saraf mengandung inti sel dan sitoplasma.
  3. Nukleus adalah inti sel saraf yang berfungsi sebagai pengatur kegiatan sel saraf (neuron).
  4. Neurit (Akson) adalah tonjolan sitoplasma yang panjang (lebih panjang daripada dendrit), berfungsi untuk menjalarkan impuls saraf meninggalkan badan sel saraf ke neuron atau jaringan lainnya. Jumlah akson biasanya hanya satu pada setiap neuron.
  5. Selubung Mielin adalah sebuah selaput yang banyak mengandung lemak yang berfungsi untuk melindungi akson dari kerusakan. Selubung mielin bersegmen-segmen. Lekukan di antara dua segmen disebut nodus ranvier.
  6. Sel Schwann adalah jaringan yang membantu menyediakan makanan untuk neurit (akson) dan membantu regenerasi neurit (akson).
  7. Nodus ranvier berfungsi untuk mempercepat transmisi impuls saraf. Adanya nodus ranvier tersebut memungkinkan saraf meloncat dari satu nodus ke nodus yang lain, sehingga impuls lebih cepat sampai pada tujuan.
  8. Sinapsis adalah pertemuan antara ujung neurit (akson) di sel saraf satu dan ujung dendrit di sel saraf lainnya. Pada setiap sinapsis terdapat celah sinapsis. Pada bagian ujung akson terdapat kantong yang disebut bulbus akson. Kantong tersebut berisi zat kimia yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter dapat berupa asetilkolin dan kolinesterase yang berfungsi dalam penyampaian impuls saraf pada sinapsis.
Sel-sel saraf (neuron) bergabung membentuk jaringan saraf. Ujung dendrit dan ujung akson lah yang menghubungkan sel saraf satu dan sel saraf lainnya. Menurut fungsinya, ada tiga jenis sel saraf yaitu:
  1. Sel saraf sensorik adalah sel saraf yang mempunyai fungsi menerima rangsang yang datang kepada tubuh atau panca indra, dirubah menjadi impuls (rangsangan) saraf, dan meneruskannya ke otak. Badan sel saraf ini bergerombol membentuk ganglia, akson pendek, dan dendritnya panjang.
  2. Sel saraf motorik adalah sel saraf yang mempunyai fungsi untuk membawa impuls saraf dari pusat saraf (otak) dan sumsum tulang belakang menuju otot. Sel saraf ini mempunyai dendrit yang pendek dan akson yang panjang.
  3. Sel saraf penghubung adalah sel saraf yang banyak terdapat di dalam otak dan sumsum tulang belakang. Neuron (sel saraf) tersebut berfungsi untuk menghubungkan atau meneruskan impuls (rangsangan) dari sel saraf sensorik ke sel saraf motorik.
1.2. Sel Glial
Sel Glial berfungsi diantaranya untuk memberi nutrisi pada sel saraf. Macam-macam neuroglia diantaranya adalah astrosit, oligodendrosit, mikroglia, dan makroglia.
2. Sistem Saraf Pusat
Pusat saraf berfungsi memegang kendali dan pengaturan terhadap kerja jaringan saraf hingga ke sel saraf. Sistem saraf pusat terdiri atas otak besar, otak kecil, sumsum lanjutan (medula oblongata), dan sumsum tulang belakang (medula spinalis). Otak terletak di dalam tulang tengkorak, sedangkan sumsum tulang belakang terletak di dalam ruas-ruas tulang belakang.
Tiga materi esensial yang ada pada bagian sumsum tulang belakang serta otak antara lain, yaitu:
  1. Substansi grissea atau bagian materi kelabu yang terbentuk dari badan sel.
  2. Substansi alba atau bagian materi putih yang terbentuk dari serabut saraf.
  3. Jaringan ikat atau sel-sel neuroglia yang ada di dalam system saraf pusat tepatnya di antara sel-sel saraf yang ada.
Selain itu, pada sistem saraf pusat terdapat juga Jembatan varol yang tersusun atas serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dengan sumsum tulang belakang. Jembatan varol berfungsi menghantarkan rangsang dari kedua bagian serebelum.
2.1. Otak Besar
Otak besar wujudnya kenyal, lunak, ada banyak lipatan, serta berminyak. Otak besar dikelilingi oleh cairan serebrospinal yang berfungsi memberi makan otak dan melindungi otak dari guncangan. Di dalam otak besar terdapat banyak pembuluh darah yang berfungsi memasok oksigen ke otak besar.
Bila otak besar pada laki-laki beratnya kira-kira 1,6 kg sedangkan bagi perempuan berat otak besar yang di miliki kira-kira adalah 1,45 kg. Jadi otak laki-laki yang lebih berat dikarenakan ukurannya yang juga lebih besar di bandingkan dengan otak wanita. Namun kecerdasan yang dimiliki masing-masing orang baik laki-laki maupun perempuan tidak tergantung dengan berat otak yang mereka miliki. Tapi yang mengukur dan menentukn tingkat kecerdasan yang ada pada otak yaitu yang jumlah hubungan antar saraf satu dengan lainnya itu dalam jumlah banyak.
2.2. Otak Kecil
Otak Kecil terletak di bagian belakang kepala dan dekat leher. Fungsi utama otak kecil adalah sebagai pusat koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Jika terjadi rangsangan yang membahayakan, gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak kecil merupakan pusat keseimbangan. Apabila terjadi gangguan (kerusakan) pada otak kecil maka semua gerakan otot tidak dapat dikoordinasikan.
2.3. Sumsum Lanjutan
Sumsum lanjutan (sumsum sambung) atau medula oblongata terletak di persambungan antara otak dengan tulang belakang. Fungsi sumsum lanjutan adalah untuk mengatur suhu tubuh, kendali muntah, pengatur beberapa gerak refleks (seperti batuk, bersin, dan berkedip), dan pusat pernapasan. Selain itu, sumsum lanjutan berperan untuk mengantarkan impuls yang datang menuju otak. Sumsum sambung pun mempengaruhi refleks fisiologi, seperti jantung, tekanan darah, volume, respirasi, pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.
2.4. Sumsum Tulang Belakang
Sumsum tulang belakang atau medula spinalis berada di dalam tulang belakang. Sumsum tulang belakang terbagi menjadi dua lapisan, yaitu lapisan luar yang berwarna putih dan lapisan dalam yang berwarna kelabu. Sumsum tulang belakang dilindungi oleh tulang belakang atau tulang punggung yang keras. Tulang punggung terdiri dari 33 ruas. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat gerak refleks.
Di dalam sumsum tulang belakang, terdapat saraf sensorik, motorik, dan saraf penghubung. Fungsi saraf-saraf tersebut adalah sebagai pengantar impuls dari otak dan ke otak.
Sumsum tulang belakang memiliki fungsi penting dalam tubuh. Fungsi tersebut antara lain menghubungkan impuls dari saraf sensorik ke otak dan sebaliknya, menghubungkan impuls dari otak ke saraf motorik; memungkinkan menjadi jalur terpendek pada gerak refleks.
Skema gerak biasa adalah: impuls (rangsangan) > saraf sensorik > otak > saraf motorik > otot > gerakan
Skema gerak refleks adalah: impuls (rangsangan) > saraf sensorik > sumsum tulang belakang > saraf motorik > otot > gerak refleks
5. Penyakit Pada Sistem Saraf
Penyakit dan kelainan sistem saraf adalah penyakit atau kelainan yang mempengaruhi fungsi sistem saraf pada manusia. Penyakit dan kelainan dapat terjadi dan menyerang pusat saraf, yaitu otak dan sumsum tulang belakang, atau sel-sel saraf pada jaringan saraf. Karena otak adalah pusat kendali dari semua aktivitas sadar kita – berpikir, berkemauan, mengingat, dan sebagainya – maka penyakit dan kelainan pada otak dapat menyebabkan perubahan dan gangguan yang dirasakan seluruh tubuh.
Penyakit dan kelainan otak dapat menyebabkan kekacauan pikir dan emosi, gangguan fungsi organ tubuh, kelainan psikologis, dan sebagainya. Berikut ini adalah beberapa penyakit yang khususnya menyerang otak. Baik batang otak maupun kulit otak dan otak kecil.
5.1. Encephalitis
Encephalitis (Yunani: encekphalos (otak) dan itis (peradangan)) adalah peradangan otak. Peradangan otak ini dapat melibatkan pula struktur terkait lainnya. encephalomyelitis adalah peradangan otak dan sumsum tulang belakang, dan meningoencephalitis adalah peradangan otak dan “meninges” (membran yang menutupi otak). Penyebab encephalitis paling sering adalah karena infeksi mikroorganisme atau zat-zat kimia seperti timbal, arsen, merkuri (air raksa), dll.
5.2. Stroke
Kelayuan tiba-tiba otak akibat dari berkurangnya secara drastis aliran darah ke suatu bagian otak atau akibat pendarahan dalam otak. Keadaan ini berdampak antara lain kelumpuhan sementara atau menetap pada satu atau kedua sisi tubuh, kesulitan berkata-kata atau makan, dan lenyapnya koordinasi otot. Merokok, kolestrol tinggi, diabetes, penuaan, dan kelainan turunan adalah faktor utama penyebab stroke.
5.3. Alzheimer
Penyakit alzheimer ditandai oleh kerusakan sel saraf dan sambungan saraf di kulit otak dan kehilangan massa otak yang cukup besar. Gejala khas pertama yang muncul adalah pikun. Ketika makin buruk, kehilangan ingatan si penderita juga makin parah. Keterampilan bahasa, olah pikir, dan gerak turun drastis. Emosi jiwa dan suasana hati jadi labil. Penderita cenderung rentan dan lebih peka terhadap stres. Mudah terombang-ambing antara marah, cemas, atau tertekan. Pada tahap lebih lanjut, penderita kehilangan responsibilitas dan mobilitas serta kontrol terhadap fungsi tubuh.
5.4. Gegar Otak
Kehilangan sementara fungsi otak yang disebabkan oleh luka relatif ringan pada otak dan tak selalu berkaitan dengan ketidaksadaran. Orang yang kena gegar otak mungkin tak ingat apa yang terjadi sesaat sebelum atau setelah luka. Gejala gegar otak antara lain cadel berbicara, kebingunan berat, koordinasi otot terganggu, sakit kepala, pusing, dan mual.
5.5. Epilepsi
Epilepsi adalah kelainan kronik yang dicirikan oleh serangan mendadak dan berulang-ulang yang disebabkan oleh impils berlebihan sel-sel saraf dalam otak. Serangan dapat berupa sawan, hilang kesadaran beberapa saat, gerak atau sensasi aneh bagian tubuh, tingkah laku aneh, dan gangguan emosional. Serangan epilepsi umumnya berlangsung hanya 1-2 menit. Kemudian diikuti oleh kelemahan, kebingungan, atau kekurangtanggapan.
5.6. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gangguan tidur yang ditandai dengan serangan tidur tiba-tiba dan tak terkendali di siang hari, dengan gangguan tidur di malam hari. Penderita bisa mendadak tertidur di mana saja dan kapan saja bahkan saat berdiri atau berjalan. Tidur berlangsung beberapa detik atau menit dan bahkan lebih dari sejam.
5.7. Afasia
Afasia adalah kerusakan dalam pengungkapan dan kepahaman bahasa yang disebabkan oleh kerusakan lobus frontal dan temporal otak. Afasia bisa disebabkan oleh luka kepala, tumor, stroke, atau infeksi.
5.8. Dementia
Kemunduran kapasitas intelektual – yang kronis dan biasanya kian memburuk – yang berkaitan dengan kehilangan sel saraf secara meluas dan penyusutan jaringan otak. Dementia paling biasa terjadi di kalangan lansia meskipun dementia ini dapat menyerang segala usia. Kondisi dementia dimulai dengan hilangnya ingatan, yang mula-mula tampak sebagai ketidakingatan atau kelupaan sederhana. Ketika memburuk, lingkup kehilangan ingatan meluas hingga penderita tak lagi ingat akan keterampilan, sosial, dan hidup yang paling dasar sekalipun.

Rabu, 27 Maret 2013

ALGA COKELAT

Cystoseira sp.
Nama Latin: Cystoseira sp;

Cystoseira_sp.gif

Spesifikasi:
Ciri-ciri umum. Alge tegak, warna coklat, sumbu tegak silindris, 'daun' bagian bawah besar seperti pita, bertepi rata, tersusun berhadapan atau agak berseling, vesikula oval atau bulat tersusun berseri, 2-3 deret, ujungnya runcing, reseptakel seperti t

Sebaran:

Habitat. Hidup mulai dari zona pasang surut bagian tengah hingga subtidal. Sering ditemukan dalam kolam-kolam besar pasang surut yang berdasar karang. Sebaran. Cosmopolitan di perairan tropis hingga subtropis. Kurang banyak ditemukan di peraira

Potensi:

Belum dimanfaatkan


FOTO LAINNYA
cystoseira3.bmp
cystoseirasp1.bmp
cystoseira2.bmp

ALGA API

Protista Autrotof Eukariotik : Pyrrophyta (Dinoflagellata)
 
Pyrrophyta atau lebih dikenal sebagai Dinophyceae atau Dinoflagellata merupakan protista yang hidup di laut atau air tawar, dikelompokkan sebagai protista autotrof oleh adanya klorofil a dan c , tetapi tidak mempunyai klorofil b pigmen xantophil yang khas yaitu peridinin, neoperidinin, dinoxanthin dan neodinoxanthin) dan b karoten yang memberikan warna coklat atau warna coklat emas. Cadangan makanan berbentuk tepung atau minyak.

Pyrrophyta bersifat fotoautotrof atau heterotrof, sebagai saprofit, parasit, hidup bersimbiose atau holozoik sehingga dinamakan pula sebagai Dinoflagellata karena mempunyai sepasang flagella yang tidak sama panjang.

Karakteristik dari organisme ini dari eukariotik lainnya adalah tetap memadatnya kromosom pada semua stadia sehingga dikenal dengan sifat mesokariotik.

STRUKTUR SEL
Pembagian Pyrrophyta dalam 2 golongan berdasarkan pada ada tidaknyanya penutup sel (ampiesma) yaitu yang telanjang (unarmored) dan mempunyai penutup sel (theca). Pada theca terdapat pelat-pelat seperti baja dengan komponen utama sellulosa. Jumlah dan letak pelat digunakan sebagai dasar dalam pemberian nama Peridinium.
Mempunyai bintik mata (stigma), berupa kumpulan butir lipid yang mengandung pigmen karetinoid.

Tubuh dinoflagellata primitif pada umumnya berbentuk ovoid tapi asimetri, mempunyai dua flagella, satu terletak di lekukan longitudinal dekat tubuh bagian tengah yang disebut sulcus dan memanjang ke bagian posterior. Sedangkan flagella yang lain ke arah transversal dan ditempatkan dalam suatu lekukan (cingulum) yang melingkari tubuh atau bentuk spiral pada beberapa belokan. Lekukan tranversal disebut girdle, merupakan cincin yang simpel dan jika berbentuk spiral disebut annulus. Flagellum transversal menyebabkan pergerakan rotasi dan pergerakan kedepan, sedangkan flagellum longitudinal mengendalikan air ke arah posterior.
Sel Dinoflagellata terbagai secara transversal oleh cingulum menjadi epiteka dan hipoteka. Pada Peridinium, epiteka tersusun atas 2 seri: apical (‘) dan precingular (‘’). Pada beberpara genus terdapat seri pelat yang tidak sempurna pada permukaan dorsal dengan 1-3 pelat interkalar anterior (a). Hipoteka tersusun atas 2 seri transversal: cingular (‘’’) dan antapikal (‘’’’) juga sering terdapat seri yang tidak sempurna yaitu interkalar posterior.

FENOMENA DAN PROBLEM
Dinoflagellata dalam jumlah yang kecil sebagai penyusun komunitas plankton laut, tetapi lebih melimpah di perairan tawar. Fenonema menarik yang dihasilkan oleh Pyrrophyta adalah kemampuan bioluminescence (emisi cahaya oleh organisme), seperti yang dihasilkan oleh Noctiluca, Gonyaulax, Pyrrocystis, Pyrodinium dan Peridinium sehingga menyebabkan laut tampak bercahaya pada malam hari.

Fenomena lainnya adalah pasang merah (red tide) yaitu blooming Pyrrophyta dengan 1- 20 juta sel per liter. Red tide dapat menyebabkan:
1. Kematian ikan dan invertebrata, jika yang blooming adalah Ptychodiscus brevis, Prorocentrum dan Gymnodinium breve
2. Kematian invertebrata jika yang blooming adalah Gonyaulax, Ceratium dan Cochlodinium
3. Kematian organisme laut, yang lebih dikenal sebagai paralytic shellfish poisoning, jika yang blooming adalah Gonyaulax.

Species yang hidup di air laut dari genus Gymnodinium dan Gonyaulax menyebabkan pasang merah ( “red tide”) terutama di daerah pantai New England, Florida, California dan Eropa yang menyebabkan paralitic shellfish poisoning (PSP). Di bawah kondisi lingkungan yang ideal dan didukung adanya substansi pertumbuhan menyebabkan populasi species tertentu bertambah jumlahnya. Riegel (1949) menggambarkan bahwa red tide di Monterey Bay, California kepadatan Gonyaulax mencapai 20 sampai 40 juta organisme per cm3. Namun demikian red tide tidak selalu merah, ada kemungkinan berwarna kuning atau coklat. Konsentrasi substansi metabolic toxic tertentu (saxitoxin) dengan level yang tinggi menyebabkan kehidupan organisme di laut akan terbunuh. Pada tahun 1972 red tide yang terjadi di pantai New England dan Florida, jutaan burung, ikan dan hewan lainnya telah terbunuh dan mendatangkan malapetaka bagi industri kerang-kerangan karena larangan memakan remis besar (clam and cysters).

Gymnodinium merupakan contoh Dinoflagellata yang tubuhnya tidak tersusun oleh pelat-pelat. Banyak dijumpai hidup di air tawar dan air laut, merupakan dinoflagellata yang cingulumnya terletak di tengah-tengah dan melingkari sel dengan sempurna dan berakhir pada permukaan ventral.

Ceratium hidup di air laut ataupun air tawar, mempunyai tiga prosesus dinding sehingga berbentuk seperti terompet, yang satu pada akhir tubuh, sedang yang dua ditempat tubuh lain yang tidak digunakan untuk berlabuh. Histiophysis mempunyai bentuk seperti kendi dan Ornithocercus mempunyai bentuk seperti layar atau sayap.

Jumat, 22 Maret 2013

METABOLISME PROTEIN


METABOLISME PROTEIN
Katabolisme Protein
            Protein yang terdapat di dalam sel dan makanan didegradasi menjadi monomer penyusunnya, yaitu asam amino, oleh enzim protease. Protease tersebut dapat berada di dalam lisosom maupun dalam lambung dan usus. Asam amino dihasilkan dari proses hidrolisis protein. Setelah gugus amin dilepas dari asam anino, beberapa asam amino diubah menjadi asam piruvat dan ada juga yang diubah menjadi asetil koenzim A. Gugus amin yang dilepas dari asam amino dibawa ke hati untuk diubah menjadi ammonia (NH3) dan dibuang lewat urin. 1 gram protein menghasilkan energi yang sama dengan 1 gram karbohidrat, yaitu 4,1 kkal.
            Katabolisme protein pertama kali berlangsung di dalam lambung. Di tempat ini, pepsin memecah protein dengan memutuskan ikatan peptida yang ada di sisi gugus amin (NH2) bebas. Kemudian, di dalam usus, protein juga dipecah oleh tripsin dan kimotripsin. Hasil pemecahan ini adalah bagian-bagian kecil polipeptida. Selanjutnya, senyawa ini dipecah kembali oleh aktivitas aminopeptidase menjadi asam amino-asam amino bebas. Produk ini kemudian melalui dinding usus halus masuk ke dalam aliran darah menuju ke berbagai organ, lalu ke dalam sel.
            Beberapa asam amino mengalami proses deaminasi dan dekarboksilasi. Proses deaminasi asam amino dapat terjadi secara oksidatif dan nonoksidatif. Contoh asam amino yang mengalami proses deaminasi oksidatif adalah asam glutamat. Reaksi pemecahan asam glutamate dikatalis oleh enzim L-glutamat dehidrogenase yang dibantu oleh NAD atau NADP.
            Dekarboksilasi asam amino merupakan cara lain dalam degradasi asam amino penyusun protein. Reaksi ini menghasilkan senyawa amin. Pemecahan asam amino protein menghasilkan limbah nitrogen berupa ammonia. Senyawa ini bersifat racun bagi organism tertentu. Agar tidak membahayakan tubuh, biasanya gugus amino diekskresi dari tubuh dalam bentuk urea, yaitu suatu senyawa yang larut dalam air dan bersifat nontoksik. Pembentukan urea dimulai dari reaksi antara gugus amino dengan karbon dioksida. Urea yang terbentuk biasanya dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Lihatlah skema
            Asam amino dihasilkan dari proses hidrolisis protein. Setelah gugus amin dari asam amino dilepas, beberapa asam amino diubah menjadi asam piruvat dan ada juga yang diubah menjadi aasetil koenzim A. Gugus amin yang dilepas dari asam amino dibawa ke hati untuk diubah menjadi ammonia (NH3) dan dibuang lewat urin.
Asam amino
Glutamat
HCO3- , 2ATP
 
                                                                       NH4+            
H+ + 2ADP + Pi
 
Mitokondria
Karbamoil fosfat

Anabolisme Protein
            Protein tersusun atas senyawa asam amino. Asam amino yang satu dengan asam amino yang lain dihubungkan oleh suatu ikatan peptide. Penggabungan molekul-molekul asam amino dipengaruhi oleh proses fosforilasi. Suatu molekul asam amino terdiri atas suatu gugus karboksil (-COOH) dan gugus amino (-NH2). Penggabungan gugusan asam amino       (-NH2) pada suatu substrat disebut aminasi.
            Ada dua cara sintesis protein, yaitu melalui reaksi aminasi reduksi dan reaksi transaminasi. Dalam penyusunan asam amino, asam glutamat memegang peranan yang penting. Asam glutamat terbentuk oleh adanya reaksi antara asam α-ketoglutarat dan NH3 dengan bantuan enzim dehidrogenase glutamat. Aminasi dari asam oksaloasetat akan menghasilkan asam aspartat, dan aminasi dari asam piruvat akan menghasilkan alanin. Semua proses ini berlangsung dalam reaksi aminasi reduksi.
Reaksi-reaksi tersebut adalah :
  • Asam α-ketoglutarat + NH3                  asam α-iminoglutarat + H2O
Asam α-iminoglutarat + NADH2 glutamat dehidrogenase   asam glutamat + NAD
  • Asam oksaloasetat + NH3 + NADH2 aspartat dehidrogenase  asam aspartat + H2O + NAD
  • Asam piruvat + NH3 + NADH2 alanin dehidrogenase  alanin + H2O + NAD

Reaksi transaminasi merupakan reaksi yang melibatkan transfer atau pemindahan gugus amino dari suatu asam amino ke suatu asam α-ketoglutarat baru dan asam amino baru. Enzim yang berperan adalah enzim transaminase.
Persamaan reaksinya adalah :
  • Sintesis asam aspartat dari asam glutamat.
Asam aspartat + asam oksaloasetat glutamat aspartat dehidrogenase  asam α-ketoglutarat + asam aspartat
Sintesis protein merupakan penerjemahan rangkaian kode-kode genetika yang berjumlah ratusan, ribuan, bahkan jutaan, menjadi rangkaian asam amino suatu protein tertentu melalui suatu proses yang sangat kompleks. Sintesis protein akan dibahas lebih lanjut pada bab sintesis polipeptida.

                                                
Protein dalam         pencernaan                               Asam amino                                                                   makanan                                                          Absorbsi
                                                            Asam amino dalam darah
Asam amino                                          Asam amino                                          Asam amino           dalam darah                                              hati (ekstrasel)                                       hati (intrasel)


 

Asam amino                                          Senyawa N                                                                     ekstrasel                                                                                              Asam keto                  NH3
 

Siklus urea
 
Siklus krebs
 
Asam amino                                                                                                                                 intrasel                                                                                                           Asam                                                                                                                                        lemak                                                                                                                                                                                      
Protein Asam keto
Skema  metabolisme protein