Sistem pencernaan pada ruminansia
Pernah
melihat sapi atau kerbau yang sedang santai di kandangnya? Saat itu biasanya
mereka tampak selalu mengunyah sesuatu. Ya, itulah perilaku hewan ruminansia
(memamah biak). Mengapa mereka selalu tampak seperti pemain basket yang
mengunyah permen karet? Inilah penjelasan tentang sistem pencernaan pada
ruminansia.
Lambung
ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen (perut besar), retikulum
(perut jala), omasum (perut kitab), dan abomasum (perut masam),
dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya.
Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut.
Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan
dimamah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan
dan peragian (fermentasi).
Nah, saat
mereka makan rumput, maka makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang
berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi
pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan
protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan
di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar
disebut bolus.
Sebenarnya
ada banyak bakteri yang melakukan fermentasi selulosa. Total ada sekitar 32
strain bakteri yang melakukan fermentasi. Diantara sekian banyak itu yang
terkenal adalah: Lachnospira multiparous, Butyrivbrio fibrisolvens,
Bacteroides ruminicola, dan semua bersifat anaerob.
Saat para
ruminansia ini sudah santai di kandangnya, bolus akan dimuntahkan kembali ke
mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut, makanan akan ditelan kembali untuk
diteruskan ke omasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang
akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu
perut yang sebenarnya, dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus
secara kimiawi oleh enzim selulase yang akan menghancurkan selulosa. Mikroba
penghasil selulase tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah
(asam), akibatnya bakteri ini akan mati, namun para mikroba ini malah dapat
dicerna sebagai sumber protein bagi hewan ruminansia. Dengan demikian,
rumimansia tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia.
Hewan
seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti pada
sapi untuk fermentasi selulosa. Proses fermentasi dilakukan oleh bakteri pada sekum
(semacam appendix yang membesar) yang banyak mengandung bakteri. Proses
fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi di lambung sapi.
Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena proses
pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum. Sedangkan pada
sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang
kedua-duanya dilakukan oleh para mikroba tadi.
Bagi manusia
ini tampak menjijikkan, tetapi pada kelinci dan marmut, kotoran yang telah
keluar tubuh seringkali dimakan kembali. Karena kotoran yang belum tercerna
tadi masih mengandung banyak zat makanan, yang masih bisa dicerna lagi oleh
kelinci.
Usus hewan
herbivora lebih besar dibandingkan dengan usus karnivora. Bahkan usus halus
herbivora bisa mencapai 40 meter. Hal itu disebabkan karena makanan herbivora
jumlahnya lebih banyak dan sulit dicerna karena kandungan selulosa. Sedangkan
pada karnivora jumlah makanannya lebih sedikit sehingga pencernaan berlangsung
dengan cepat.
O ya, enzim
selulase yang dihasilkan oleh bakteri pada saluran pencernaan ruminansia ini
tidak hanya berfungsi untuk merombak selulosa, tetapi juga dapat menghasilkan
biogas yang berupa gas CH4 (metana) yang dapat digunakan sebagai
sumber energi alternatif bahan bakar. Jadi bisa digunakan sebagai pengganti
kompor gas untuk memasak. Kok bisa? Iya, karena tidak tertutup kemungkinan
bakteri yang ada di sekum atau usus akan keluar dari tubuh hewan tersebut
bersama faeces (tinja). Nah, bahan organik yang terdapat dalam faeces tadi akan
diuraikan dan dapat menghasilkan biogas tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar